SEMANGAT-KARYA.COM, Toraja Utara—Toraja mungkin tidak asing lagi dikalangan masyarakat indonesia bahkan manca negara. Dan lebih khusus lagi warga Provinsi Sulawesi Selatan yang mengenal Toraja sebagai daerah wisata dengan budaya yang kental dan panorama alamnya yang indah.
Sebagai daerah wisata, Toraja bukan hanya terkenal dengan budaya dan keindahan alamnya yang banyak dikagumi masyarakat indonesia pada umumnya. Tapi, kerajinan tangan khas Toraja juga merupakan aset kearifan lokal dimiliki daerah ini yang patut diperhitungkan pula.
Salah satu kerajinan tangan ciri khas toraja yang banyak diminati masyarakat sulawesi selatan, yakni tikar yang terbuat dari bambu kecil, yang biasa disebut Ampa’ atau Ale yang biasa digunakan dalam ritual Adat seperti Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ untuk tempat duduk atau istirahat para keluarga atau tamu dalam acara tersebut.
Salah seorang pengrajin Ale, warga Lembang (Desa) Ma’dong, Kecamatan Denpina, Toraja Utara, Ruth Mongan yang akrab disapa indo’ Tin (55) mengungkapkan, semenjak usia 10 tahun sudah mempelajari kerajinan ini yang katanya sudah turun temurun.
“Ini saya pelajari manganan Ale (Bahasa Toraja yang artinya menganyam tikar) waktu dari kecil umur mungkin 10 tahun. nenek dulu yang ajari sambil saya lihat juga keluarga yang lain bikin, disitu mi saya pelajari terus sampai pintar, 1 Ale ini biasa 1 minggu dikerja karena waktu kosong ji dipake biasa untuk kerjakanni,” ungkap indo’Tin, Minggu (1/9/2019).
Sementara itu, menurut Arianna yang akrab disapa le’Anna, anak dari indo’Tin, bibit dari Ale ini diambil dari rawa-rawa atau semak yang ada di sekitaran kampung ini yang tumbuh dengan sendirinya.
Ia juga menjelaskan, bibit yang sudah diambil dari rawa-rawa atau semak itu kemudian dipindahkan untuk ditanam kembali di sawah dan pemeliharaannya selama 3 bulan.
“Selama 3 bulan itu dirawat dan biasa dikasi pupuk baru di panen, itu mi yang dibilang Tuyu yang dipake bikin Ale, setelah tuyu diambil dari sawah, di jemur dulu dan dilumuri dengan abu gosok supaya kering baru dijemur selama 1 hari. begitu biasa saya lihat suamiku kalau nakerjakan di Lembang Paku,” beber le’Anna.
Lanjutnya, proses pembuatan Ale sebelum dianyam, dimulai dari Tuyu yang awalnya diandi’ (diluruskan dengan cara digosok sampai halus) dengan menggunakan kayu atau bambu dengan ukuran kecil.
Diketahui, harga dari Ale yang sudah jadi atau siap dipasarkan itu bervariasi, mulai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu, tergantung dari besar kecilnya ukuran Ale tersebut.
untuk info pemesananan hubungi : 08124147320
082290452604
Reporter : Arie Kasih ST
Editor : Wawan
Komentar