oleh

Alumni Covid-20 Cerpen: Andi Lalak (Guru SMAN 1 Luwu Utara) Bag. 1

-News-299 views

SEMANGATKARYA.CO, Masamba – Pelataran Poci SMAN 1 Luwu Utara yang terkenal dengan cerita-cerita mistiknya. Konon, di saat-saat tertentu orang-orang melihat kerumunan di subuh hari, atau mendengar suara orang berdiskusi dari balik ruangan. Ya, itu cerita orang yang telah turun temurun sejak puluhan tahun silam. Karena itu tidak banyak orang yang mau sendirian ke sekolah pada malam atau subuh hari. Akan tetapi hari itu adalah hari bersejarah, maka Ayu bergegas ke sekolah meski matahari belum menampakkan sinarnya. Sebelum menaiki motor Scoopynya Ayu tak lupa chat temannya Zahra dan Rani. Chatnya sangat singkat karena harus buru-buru, OTW school … . Ayu tidak peduli apa chatnya terkirim atau tidak, dibaca atau tidak, lalu berlalu meninggalkan garasi rumahnya.
Lalu-lintas menjelang pagi di hari itu tidak seperti Hari Senin biasanya. Lengang sekali, hanya satu dua kendaraan roda dua yang melaju. Mungkin karena efek dari kebijakan Social Distancing dan Physical Distancing yang diberlakukan pemerintah, gumam Ayu dalam hati. Kondisi seperti itu membuat Ayu semakin bersyukur karena seolah-olah dia menjadi penguasa jalanan saat itu. Meskipun tak jarang bulu kuduknya merinding saat melawati hutan-hutan dan jembatan. Ya, sebagai seorang gadis tentu saja rasa takut terkadang menghantui. Namun janji pertemunnya dengan Zahra dan Rani di bawah Poci meyulut keberaniannya pagi itu.
Sinar mentari mulai menampakkan sinarnya dari balik Rujab Bupati saat Ayu berlalu di depannya. Perempatan lampu merah di Tugu Masamba Affair nampak sepi. Tidak ada keramaian, tidak ada bunyi sempritan polisi yang biasanya jaga setiap pagi. Ayu sempat melirik arlojinya, “kurang 15 menit jam 6, bisiknya”. Itu artinya hanya butuh waktu 15 menit dari rumahnya di Mario. Padahal selama ini ia tempuh minimal 25 menit, bahkan kadang-kadang 30 menit. Dan tepat pukul 06 kurang 10 menit Ayu sudah tiba di gerbang sekolah.
Namun alangkah terkejutnya Ayu melihat pintu gerbang sekolah belum terbuka. “Apakah Ambe (penjaga sekolah) belum datang ya”? Bisik Ayu sedikit heran. Untuk memastikannya akhirnya Ayu mematikan mesin motornya dan menurunkan standarnya. Ayu menggoyang-goyang rantai yang biasa dipakai sebagai pengikat pagar sekolah. “Alhamdulillah, ternyata sudah terbuka, berarti pintu di dalampun pasti telah terbuka”, gumam Ayu dengan lega. Akhirnya Ayu membuka pintu dan kembali menaiki motornya menuju terowongan gedung sekolah dan memarkir motor Scoopynya. Nyanyian burung-burung di atas pohon Karsen seolah ikut bergembira menyambut mentari pagi di hari itu.
Meski dengan sedikit rasa takut yang membuat bulu kuduknya kembali berdiri, Ayu bergegas membuka gerbang terowongan untuk menuju Poci. Ayu begitu terkejut saat seekor Burung Hantu terbang dari balik atap gedung saat berjalan menuju Poci. Ayu berusaha mengatur irama nafasnya yang sudah tak menentu. Cerita mistik Pohon Beringin (Poci) teringat kembali. Sosok manusia penjaga pohon itu seolah-olah nyata di pagi buta itu. Dan benar saja, samar-samar terlihat sosok berbaju putih dari dalam Laboratorium Biologi yang letaknya pas di depan poci.
“Ihh”, ayu berteriak dan berlari menuju parkiran motornya. Sebelum Ayu menghidupkan motornya, tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah motor Jupiter warna merah dengan lampu weser kanan yang menyala pertanda akan masuk ke gerbang sekolah.(BERSAMBAUNG BAG-2)

Komentar