oleh

Alumni Covid-20 Cerpen: Andi Lalak (Guru SMAN 1 Luwu Utara) Bag. 2 Habis

“Alhamdulillah, akhirnya Zahra datang juga”, ucap Ayu dengan nada syukur.
Zahra memacu motornya menghampiri Ayu yang telah dilihatnya dari kejauhan dan memarkir motornya pas di samping motor Ayu.
“Zahra, Zahra, kamu tahu tidak, tadi saya lihat sosok penampakan di Laboratorium Biologi” ujar Ayu sedikit ngos-ngosan.
“Akh, kamu itu penakut sekali, caritaji itu (itu hanya cerita)”, kata Zahra.
“Betulanka kodong (betul itu)”, Ayu meyakinkan.
“Ayo kita ke sana”? ucap Zahra dengan gaya menantang.
“Mending kita di sini saja menunggu Rani. Itu, Rani sudah datang”, kata Ayu sambil menunjuk ke arah Rani dan motor N-Maxnya.
Rani melajukan motornya ke arah Ayu dan Zahra yang telah menunggunya. Ayu dan Zahra bersiap-siap mendengarkan berita pagi dari sahabatnya itu yang terkenal jago cerita. Intinya tak ada satupun informasi yang terlewatkan, termasuk informasi tentang Covid-19 yang sedang mewabah sekarang ini.
“Teman-teman, tahu tidak perkembangan Covid-19 hingga kemarin”? Rani memulai rangkaian ceritanya dengan bertanya.
“Kami tidak tahu, dan tidak mau tahu,” sahut Ayu dan Zahra.
“Akh, dengar dulu, ini penting untuk membentengi diri kita, karena Covid-19 boleh jadi sudah ada di sekitar kita, paham tidak,”? Jelas Rani.
“Iya, Iya, silahkan lanjutkan,” kata Zahra.
“Secara nasional, hingga hari Ahad, 29 Maret kasus positif telah mencapai 1.285 kasus, dan sebanyak 144 orang telah meninggal dunia. Sementara di Sulawesi-selatan, telah mencapai angka 47 kasus (bertambah 15 kasus dari hari sebelumnya). Dan sudah 4 orang meninggal dunia. Kasus positif di Sul-sel tersebar di 6 Kab/kota (Makassar, Gowa, Maros, Sidrap, Bulukumba dan Pinrang)”, jelas Rani dengan begitu antusias.
“Artinya, Luwu Utara belum ada khan”? tanya Ayu.
“Belum sih, tapi sudah ada orang PDP (pasien dalam pengawasan), dan telah dirujuk ke RS Lakipadada Kab. Tana Toraja. Artinya kita semua perlu waspada, semoga saja tidak terjadi di Luwu Utara, kita berdoa semua”, jelas Rani.
Akhirnya mereka serentak mengucapkan , Aamiiinn.
“Ayo”, ajak Rani.
“Ayo ke mana”? tanya Ayu dan Zahra.
“Hari ini khan harusnya adalah hari pertama UNBK. Meskipun UNBK ditiadakan karena kasus Covid-19, tapi kita khan sudah ada di sekolah, jadi, kita curhatan saja di bawa Poci, ok! Tegas Rani meyakinkan.
“Ayo, akhirnya mereka bertiga bergegas menuju poci dengan berlari-lari kecil”.
Mereka bertiga akhirnya duduk di bawah Poci, pas di depan ruang kelas mereka, XII MIPA3. Ayu yang sebelumnya melihat bayangan di dalam Laboratorium Biologi pun akhirnya tidak ingat lagi kejadian tersebut. Mereka dengan semangatnya berbincang-bincang di bawah rindangnya pohon beringin, yang mereka menyebutnya Poci atau pohon cinta. Di Poci tersebut pula mereka sering melaksanakan pembelajaran, terutama pada jam ke 7 sd jam ke 10. Semangat mereka berbincang-bincang tentu mengalahkan semangat mereka jika mengerjakan soal-soal UNBK yang pastinya tidak mudah. Belum lagi dengan ruangan ujian yang panas jika dibandingkan kesejukan di bawah Poci.
Namun, di tengah kebahagiaan mereka pagi itu, terselip perasaan galau dan khawatir. Bahkan bercampur rasa kecewa. Bayangkan saja, persiapan UNBK sudah selesai dilaksanakan selama 7 pekan. Try out kerjasama dengan Quipper School pun telah dilaksanakan. Bahkan pembelajaran di pagi hari sejak Januari 2020 sebagian besar diisi dengan pembelajaran untuk persiapan UNBK. Belum lagi persiapan acara perpisahan bahkan telah hampir rampung. Kemewahan dan kesakralan acara penamatan dan pelepasan alumni tinggal kenangan. Kesemuanya sirna oleh penyebaran Covid-19 yang bermula dari Wuhan China pada akhir 2019 lalu, dan kini telah menyebar ke hampir 200 negara termasuk Indonesia. Lalu, bagaimana dengan SHUN (Sertifikat Hasil Ujian Nasional) dan Ijazah. Bagaimana dengan nilainya? Ataukah mereka batal jadi alumni?
Di tengah keseriusan perbincangan mereka tentang nasib alumni 2020, tiba-tiba Ayu teringat dengan sosok berbaju putih di laboratorium Biologi. Sosok tidak terlihat itu yang kadang-kadang bisa nyata oleh sebagian orang, namun sebagian besar warga SMAN 1 Luwu Utara menjadi takut dan enggan sendirian di sekolah. Sosok tersebut seperti si Covid-19 yang wujudnya tak terlihat, namun begitu ditakuti. Hanya saja, jika Covid-19 sudah menelan korban yang sangat banyak, rupanya sosok “si penjaga smansa” tidak memakan korban, palingan hanya kesurupan saja sebagai pesan agar mereka jangan diganggu.
“Zahra, Rani, lihat apa itu di dalam lab,”? tiba-tiba saja Ayu berteriak histeris.
“Ayu, Ayu, dasar kamu penakut sekali, ayo kita lihat sama-sama,” ajak Zahra sambil berdiri dan melangkah menuju lab.
Namun Ayu yang penakut tidak mau bergeming, dia memegang tangan Rani kuat-kuat. Sementara Zahra telah berada pas di depan lab dan berusaha mencari sosok yang dikatakan Ayu. Akhirnya sudut matanya berhenti pada suatu sosok, yaitu sebuah torso model pembelajaran biologi yang menggunakan baju lab bertuliskan, “Alumni Covid 20”.
“Ternyata ini toh yang dilihat Ayu,” gumam Zahra dalam hati.
“Kami alumni Covid 20”, teriak Zahra dari lab Biologi.
“Kami alumni Covid 20”, teriak Ayu dan Rani yang masih kebingungan di bawah Poci. @@

Komentar