Gowa-Semangatkarya.com. Pelan tapi pasti TPS-3R Pancitas Desa Panciro, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa sebagai tempat penampungan dan pemilahan sampah warga yang bernilai ekonomis serta menghasilkan uang segera beroperasi. Dengan harapan sebelum sampah warga tersebut diangkut oleh petugas di TPS-3R Panciro lebih dulu pemilik sampah tersebut dipisah sampah kering dan basah untuk ditukar dengan uang.
Demikian rencana progres yang disampaikan Kepala Desa Panciro Anwar Malolo, SE saat menyambut kedatangan Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Provinsi Sulawesi Selatan diwakili Kepala Sub Koordinator Pengelolaan Sampah di Sulsel, Sumarni, S. S. Pi, M. Si ke-lokasi TPS-3R Panciro, Kamis (26/5) kemarin.
Kunjungan pejabat dari DPLH Sulsel ini, lanjut Anwar Malolo, selain untuk melihat secara dekat kondisi bangunan dan peralatan serta persiapan pengoperasian TPS-3R Panciro.Juga beliau hadir sebagai nara sumber dalam upaya mengedukasi warga sekaligus memberikan pemikiran terkait optimalisasi pengelolaan sampah yang lebif efektif, bernilai ekonomis, menghasillan uang dan bermanfaat bagi kehidupan kesehatan dan lingkungan yang sehat.
Dihadapan sekirar 50 orang dari unsur petugas kebersihan BUMDes Panciro, TP PKK Panciro, kepala dusun, ketua RW/RT, kader Posyandu dan tokoh masyarakat serta hadir Bhabinkamtibmas Panciro Aiptu Syamsuddin dan Ketua BPD Panciro H Mustari, S. Sos. Sumarni menyampaikan apresiasinya kepada Kades Panciro atas kesungguhan dan komitmennya untuk memberdayakan warganya melalui pengelolaan sampah yang bernilai ekonomi dan menghasilkan
uang.
Menurut Sumarni, TPS-3R bukan tempat pembuangan sampah semata,. tapi fungsi utama sebagai lokasi penampungan dan pemilahan sampah milik warga khususnya sampah basah untuk diolah menjadi pupuk non organik yang kemudian bisa mendatangkan sumber dana dalam upaya meningkatkan PAD desa dan muaranya adalah peningkatkan tarap ekonomi masyarakat desa setempat.
Disamping sampah kering berupa kaleng, plastik, kertas/karton dan botol bekas air mineral yang sudah dipilah oleh warga sendiri. Sedangkan sampah basah akan diolah menjadi pupuk/kompos dan pakan ternak ikan lele dan lain-lain.
Sumarni mengatakan, baik sampah kering maupun basah sama-sama bermilai ekonomi serta mendatangkan uang. “Sampah tidak bisa lagi dianggap sebagai ‘musuh’ karena baunya busuk dan mengenyap. Tapi warga harus bersahabat dengan sampahnya sendiri melalui upaya pemilhan dalam dua kantong satu kantong untuk sampah kering dan satu kantong lainya untuk sampah basah, “ungkap Sumarni seraya memberi solusi.
Untuk memastikan operasinya sebuah TPS-3R, menurut Sumarni, pertama membentuk lebih dulu struktur pengurus pengelolaan yang difasilitasi pemerintah desa setempat atau badan usaha terkait seperti BUMDes. Kedua, pengurus dapat menyiapkan armada dan petugas yang akan menjemput sampah milik warga sudah terpilah di depan rumah masing-masing warga. Ketiga pengurus melakukan MoU atau kerja sama dengan pihak Bank Sampah terdekat seperti halnya Bank Sampah Gowa terkait sekaligus menetapkan harga sampah kering berapa rupiah dalam perkilogram.
Sumarni juga mengamati secara umum keberadaan lokasi TPS-3R Panciro yang memiliki fasilitas siap pakai sudah cukup bagus. “Tinggal bagaimana pengurusnya ke depan mau memaksimalkan fasilitas yang ada di TPS-3R tersebut. Disamping kita harapkan pengurus juga banyak belajar terkait pengelolaan sampah di berbagai tempat TPS-3R yang lebih bagus soal penampungan dan pengelolaan sampahnya,” ungkap Sumarni
Tidak hanya itu, dia juga menyebutkan sejumlah penampungan dan pengelolaan sampah terbilang bagus di Sulsel yakni Kabupaten Gowa, Makassar, Bone, Takalar, Selayar, Maros dan Tana Toraja. **darwis jamal takdir**
.