oleh

Masyarakat Lembang Ratte Talonge Ikuti Pelatihan Sistem Pengendalian OPT pada Tanaman Padi

-Desaku-505 views

SEMANGATKARYA.COM, Tana Toraja – Masyarakat Lembang Ratte Talonge, Kecamatan Saluputti, Tana Toraja, khususnya petani padi mengikuti Pelatihan sistem pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) pada tanaman padi, Senin (7/3/2022) di kantor lembang setempat.

Penyuluhan kepada masyarakat dibawakan oleh, Yulianti Tangngaguling, selaku petugas lapang (THL POPT) dari
Kantor UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan bersama koordinator BPP Kecamatan Saluputti.

Menurut Yulianti, pengendalian OPT pada tanaman padi itu mengacu pada undang-undang perlindungan tanaman yaitu sistem pertanian organik yang berkelanjutan sehingga petani memulai pengendalian sedini mungkin dengan memperhatikan bahan-bahan organik.

“Sebenarnya itu banyak sekali cara-cara yang harus kita gunakan untuk bisa mengendalikan OPT terutama OPT tanpa membeli bahan kimia, Kebetulan petani padi di Toraja hasilnya dikonsumsi sendiri jadi untuk menjaga kesehatan mereka ya jangan gunakan bahan-bahan kimia,” ungkapnya.

Dengan adanya pelatihan ini, petani dengan mudah untuk menjaga ketahanan tumbuhan sehingga tidak terjadinya OPT.

Dengan adanya trik-trik seperti ini, para petani dapat memahami betapa pentingnya menjaga tanamannya menjadi sehat.

“Jadi mulai trik-triknya petani harus mengetahui bagaimana supaya tanamannya sehat,
Itu dimotivasi kepada petani untuk menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar mereka, membuka wawasan mereka untuk bisa mengembangkan diri. Karena sebenarnya masih banyak sekali bahan-bahan disekitar kita untuk bisa digunakan seperti kotoran hewan dan lain sebagainya. Kalau di tanaman padi ada khusus pengendali organisme istilahnya namanya PGPR yang diambil dari akar bambu,” lanjutnya.

“Petani diajarkan untuk buat sendiri supaya itu dipakai di tanaman padi karena kita di Tana Toraja Endemis penyakit Blass. Kalau penyakit itu yang menyerang habislah tanaman padi karena iklim kita mendukung untuk perkembangan biakan penyakit itu. Kita berharap semoga petani itu bisa berkembang dengan baik, hasilnya maksimal tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu banyak untuk memperoleh hasil yang maksimal. Lingkungan sawahnya supaya tercipta Agroekosistem yang terjaga sehingga perkembangan OPT itu tidak terlalu meningkat, itu ditanami namanya tanaman refugia itu semacam bunga-bungaan, boleh kacang panjang,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Lembang Ratte Talonge, RD Pakidi, berharap setelah pelatihan ini dilaksanakan benar-benar dapat membantu para petani khususnya petani padi.

Untuk menghindari bahan-bahan kimia ia juga menyarankan untuk memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar seperti kotoran hewan yang sudah di daur ulang dan lain sebagainya.

Ia juga menjelaskan, di Lembang Ratte Talonge masih kurangnya pengetahuan akan bahaya pestisida serta kurangnya pengetahuan akan penggunaan pupuk organik.

“Sebenarnya masih kurang memenuhi syarat kesehatan karena tidak adanya pengetahuan karena rata-rata kalau di lembang-lembang atau di masyarakat petani itu biasanya menganggap sudah bagus kalau pada saat tumbuh bagus dia punya daun tapi sebenarnya biasanya bagus daun tapi buah tidak ada, kan kita harapkan buah,” ujarnya.

Masyarakat di Lembang Ratte Talonge umumnya petani padi, lanjut RD Pakidi, hanya yang juga menjadi kendala adalah irigasi, petani padi hanya menggarap sawah tadah hujan.

Sembari menambahkan, Ia juga mengucap syukur dan terima kasih kepada masyarakat yang mendukung program pemerintah untuk memutus rantai penularan covid-19 melalui vaksinasi.

“Kita ucap syukur dan terima kasih kepada masyarakat yang mendukung dan sadar akan pentingnya vaksinasi. Masyarakat di Lembang ini sekitar 90% sudah divaksin untuk tahap 1 dan 2,” pungkasnya.(Arie Kasih)