Luwu Utara — Tak bisa dipungkiri bahwa arus teknologi, informasi dan komunikasi terus melaju pesat, seiring makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu, kecepatan untuk merespon laju teknologi, informasi dan komunikasi ini menjadi instrumen penting agar tidak ada yang tertinggal akibat gagap terhadap teknologi, informasi dan komunikasi.
Kendati demikian, perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi bisa menjadi boomerang jika tak pandai memanfaatkannya secara bijak. Karena secanggih apa pun teknologi yang digunakan, secepat apa pun laju informasi itu berjalan, serta sebaik apa pun komunikasi itu terbangun, tanpa adanya penguasaan literasi digital, maka bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi menguntungkan, di sisi lain bisa membahayakan.
Sekretaris Daerah Luwu Utara, Armiadi, mengaku was-was dengan perkembangan teknologi-informasi yang ada saat ini. Pasalnya, kondisi ini sudah tidak terkontrol dengan baik. Utamanya penggunaan handphone (HP) di kalangan pelajar. Menurutnya, penggunaan HP di kalangan pelajar sudah jauh dari kata bijak. Kondisi ini pula yang membuat ia mengeluarkan gagasan agar Sekolah Budaya Luwu (SBL) juga menanamkan nilai-nilai budaya untuk mencegah pengaruh minor akibat perkembangan teknologi-informasi yang tidak terkontrol baik.
“Tentang budaya ini juga tidak bisa dibendung. Sekarang ini, dengan arus informasi yang begitu pesat, yang jauh bisa jadi dekat, yang dekat bisa jadi jauh. Kita datang ke rumah, kita sibuk dengan HP masing-masing. Jadi terasa jauh jaraknya. Secara fisik dekat, tetapi kita jadi jauh. Kemudian yang jauh di luar kita, jadi dekat juga karena HP,” tutur Sekda Armiadi saat memberikan sambutan di acara Mappatemme Sikolah Alumni Sekolah Budaya Luwu I La Galigo Angkatan III Cabang Kabupaten Luwu Utara, belum lama ini.
Melihat fenomena yang terjadi, Armiadi berharap agar SBL dapat dijadikan sebagai wadah penanaman nilai-nilai luhur budaya, khususnya dalam meredam sisi negatif penggunaan HP bagi pelajar. “Jadi, tinggal bagaimana pemanfaatanya (HP) secara bijak. Nah, salah satu wadahnya adalah SBL. Saya kira ini penting. Kita tanamkan penggunaan HP secara bijak, karena ini juga yang banyak merusak generasi kita sekarang,” ucapnya mengingatkan.
“Saya kira ini penting untuk kemudian kita tanamkan kepada bapak-ibu, para alumni I, II dan II, utamanya yang berkecimpung di dunia pendidikan, agar budaya penggunaan HP secara bijak ini bisa dikembangkan juga, tak hanya dalam Sekolah Budaya Luwu, tetapi juga dalam sekolah-sekolah umum ke depan,” tambahnya.
Ia pun membandingkan antara pesantren dan sekolah umum. “Pada pendidikan formal, yang betul-betul tidak diizinkan membawa HP ke sekolah adalah pesantren. Kalau sekolah umum, mungkin tidak terlalu ketat. Inilah kondisi riil yang kita hadapi saat ini. Nah, ini tantangan. Saya kira inilah wadahnya untuk menanamkan nilai-nilai seperti itu,” pungkasnya. (LHr)