oleh

Nama Bandara Udara Kolaka Utara, Sawangauha Atau Patowonua

-Eksecutif-226 views

SEMANGATKARYA.COM, KOLUT – Progres kegiatan pembangunan bandara udara Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) Provinsi Sulawesi Tenggara sedang berjalan. Bahkan, Pemkab Kolaka Utara menargetkan dan optimis bahwa proyek raksasa tersebut dengan proyeksi akan menelan dana dari APBN kurang lebih Rp 1 triliun dapat selesai 2024 mendatang.

Narasi itu terkuak ketika Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ir Ridwan Bae bersama Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI dan Kepala Otoritas Bandara Udara Wilayah V Makassar) dalam kunjungan kerja di lokasi bandara udara Kolut di Kecamatan Kodeoha pada 14 Oktober 2021 lalu. Hasri Anda, S.Sos, M.Si Kepala Bidang Ekonomi dan SDA, Bappeda Kabupaten Kolaka Utara saat itu ikut bersama rombongan Bupati Drs H Nur Rahman Umar, M.Si menyambut tamu dari pusat tersebut menukilkan pertanyaan dari Ridwan Bae bahwa apakah bandara udara Kolaka Utara sudah memiliki nama?

Merespon pertanyaan wakil rakyat asal dapil Sultra itu, Hasri Anda yang juga salah satu putra terbaik daerah Kolut dan turunan Mokole Kodeoha mengatakan, kalau nama bandara udara Kolut ada beberapa nama yang ramai dibicarakan, itu pun juga masih sebatas wacana baik dalam tataran faktual maupun di media sosial seperti group whatsApp, antara lain bandara udara Mokole Kodeoha.Alasannya karena lokasi bandara tersebut berada di bekas wilayah pemerintahan kemokolean Kodeoha.

Ada juga pihak mengusulkan nama bandara udara yakni Wepolina. Seperti dikutif dalam buku Sejarah Patowonua Sebagai Warisan Budaya Kolaka Utara (2021) ditulis oleh Prof Dr H Anwar Hafid, M.Pd. Dalam buku tersebut pada Pertengahan Abad XIX Wepolina adalah sosok perempuan yang sukses menduduki singgasana kerajaan menggantikan Ipobadu (Mokole Kodeoha). ‘Peran Wepolina sebagai srikandi di panggung politik Kodeoha saat itu sangat penting. Ia mendatangkan seorang muballig bernama Opu Tokaca dari Luwu untuk memperkuat ajaran Islam, dia juga memerintah dengan penuh bijaksana sehingga dicintai rakyatnya,”demikian Anwar Hafid.

Tidak hanya itu, lanjut guru besar Universitas Haluoleo Kendari ini, Wepolina mahir dalam membangun hubungan diplomatik kepada sejumlah kerajaan yang ada disekitarnya seperti Mokole Watunohu, Latowu, Lelewawo, Luwu, Mekongga dan Konawe.

Tanpa mengabaikan usulan nama bandara udara Kolut di atas, ada juga dari kalangan sesepuh atau turunan mokole Kodeoha lainnya mengusulkan kalau nama Sawangaoha. Alasan mereka, Sawangaoha adalah tempat pusat pemerintahan sejumlah mokole Kodeoha pada pertengahan abad XVI sampai awal abad XX yang kini disebut Mala-mala.Yakni mulai Mokole Lamale (abad XVI) hingga Mokole Salego (1922-1937 M).

Terakhir nama bandara udara Patowonua juga mengemuka dari berbagai pihak. Alasan mereka bahwa Patowonua itu sudah mencover empat kemokolean (Lelewawo, Waworuo, Watunohu dan Kodeoha) yang pernah berkuasa dalam wilayah Distrik Patampanua atau Patowonua berkedudukan di Kolaka bentukan kolonial Belanda pasca berakhirnya kekuasaan Mokole Salego pada tahun 1937 M. Namun, Abd Jalil Akrim, anak pertama dari Abd Karim (putra sulung.Mokole Salego) dalam buku Prof Anwar yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Kolaka Utara dan LPPM Univ. Halu Oleo, dijelaskan setelah Belanda kalah dari Jepang tahun 1942, kedua pihak mengadakan pertemuan di Wawo, disepakati bahwa bendera Jepang dikibarkan di ibu kota Distrik Patampanua atau Patowonua yaitu Mala-mala karena tentara Jepang telah berada di Kendari. **darwis jamal takdir**