SAMANGATKARYA.COM – GOWA, Bina Insan Cendikia Lukmanul Hakim, satu diantara lembaga pendidikan Islam dalam bentuk Pondok Pesantren (Ponpes) berlokasi di Jalan Datu Ri Pagentungan, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa akan menyajikan model pembelajaran Ilmu Agama Islam yang berintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahan sehingga lahir intepreneur muslim yang mandiri.
Tahun pertama berdirinya lembaga tersebut, tepatnya pada 2020 lalu, orientasi dan progres kegiatan lebih fokus pada tahfidzul qur’an tingkat Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Kini lembaga tersebut telah membina santri TPA berjumlah 50 orang, semuanya dari kalangan keluarga mampu (dhuafa) tanpa pungut bayaran.
Pelan tapi pasti, kini pihak pendiri pondok pesantren tersebut terus berbenah baik ketersediaan sarana dan prasarana belajar terutama asrama pemondokan para santri maupun kesiapan tenaga pendidik dan pengasuh pondok.
Pendiri Yayasan/Direktur Bina Insan Cendikia Lukmanul Hakim Gowa, H Wahid Hasyim Lukman, S.Ag, M.Si menjelaskan, cikal bakal sekaligus menginspirasi dirinya untuk membangun Ponpes tahfidzul al-qur’an adalah merupakan amanah dan harapan orang tuanya yakni H Abd Hakim di atas lahan miliknya seluas 60 Are.
Meski begitu, lanjut mantan Komisioner KPUD Kota Makassar ini, dalam membangun Ponpes Bina Insan Cendikia Lukmanul Hakim masih menggunakan dana pribadi dan bantuan sejumlah kolega/sahabat dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Makassar.
“Pokoknya apa saja saya bisa jual termasuk barang barang saya di rumah yang masih ada nilainya dijual untuk jadi uang. Uang tersebut dipakai membangun ruang tahfidz al qur’an, asrama pengasuh pondok dan mushallah beserta ruang tamu” ujar Wahid Hasyim Lukman sembari mengaku pernah belajar Bahasa Arab dan Inggris selama setahun di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur.
Belum ada bantuan berupa dana dari pemerintah dan memang pihaknya belum sama sekali mengajukan proposal proyeksi anggaran sejak berdirinya lembaga ini hingga sekarang. Wahid Hasyim Lukman berharap dari umat Islam yang memiliki kelebihan uang untuk menjadi donator demi kesinambungan rencana pembangunan asrama santri tahfidzul al-qur’an dan masjid.
Tidak hanya itu, sambung alumnus S2 Komunikasi Pascasarjana Unhas 1999, apabila sudah berhasil membangun asrama santri tahfidzul al-Qur’an dan ruang kelas belajar, maka segera dibuka satuan pendidikan formal mulai tingkat Madrasah Iftidaiyah (MI) setara Sekolah Dasar (SD) hingga Madrasah Aliyah (MA) setara SMA.
Wahid Hasyim Lukman yang juga alumnus S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Makassar mengungkapkan, tahun pertama berdirinya Ponpes Bina Insan Cendikia Lukmanul Hakim terdapat beberapa kegiatan, antara lain TPA yang kini memiliki santri 50 orang, pembudidayaan ikan lele, ternak itik, persawahan dan perkebunan berupa tanaman mangga.
“Kedepan santri tidak saja mahir menghafal al-Qur’an dan mengetahui banyak ilmu Agama Islam seperti akidah, hadits dan fiqhi serta terampil berbahasa Arab dan Inggris di pondok ini, tapi santri juga diajarkan mengenal sekaligus diajarkan pengetahuan tentang kewirausahan sehingga lahir interpreneur muslim yang handal dan mandiri,” demikian mantan Ketua Umum Senat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Makassar 1992-1993. **darwis jamal takdir**
.