Toraja Utara-Semangatkarya. com. Progres pembangunan Kabupaten Toraja Utara dibawah kepemimpinan duet Yohanis Bassang (bupati) dan Frederik V Palimbong (wakil bupati) mengalami perkembangan cukup signifikan. Bahkan, di sejumlah titik dalam jantung kota Rantepao dan sekitarnya tampak tertata baik dan indah.
Seiring usianya yang memasuki ke-14 tahun tepatnya 21 Juli 2022, Kabupaten Toraja Utara. Pemerhati dan Pengamat Perempuan & Anak, DR Esther Ryan Megah Mandalawati, menilai masterplan Toraja Utara telah tertata dengan baik dibawah nahkoda Bupati Yohanis Bassang bersama Wabup Frederik V Palimbong. “Mereka berdua membawa perubahan cukup pesat. Saya datang melihat Toraja Utara sudah bagus masterplannya, tata kotanya baik dan kita sebagai kaum perempuan tentu menyenangi hal yang bersih. Kalau kotanya bersih pasti indah, meski indah belum tentu bersih. Tapi bersih dan indah itu harus dimiliki Toraja Utara,” tutur Esther kepada sejumlah awak media, Selasa (2/8/2022) di Warkop Tori, Rantepao.
Meski begitu, lanjut Esther, masih terdapat hal lain perlu dibenahi supaya lebih menarik. Inilah tugas masyarakat Toraja Utara untuk bisa menilai, mempertimbangkan, siapa figur kedepan yang memenuhi lima kriteria bagi seorang pemimpin di daerah ini.
Pertama kata Esther, sosok pemimpin yang bijak harus takut tuhan, simbol pada Toraja adalah sebuah nilai religi yang tinggi yaitu mayoritas beragama Kristen. Kedua, mengerti dan memahami Kabupaten Toraja Utara ini. “Kalau dia putra daerah harus belajar dari kepemimpinan lama, punya kegagalan, kekurangan kemudian dia isi, dia tambal sulam dan bersahabat dengan masyarakat, jangan jauh,” ucapnya.
Ketiga, mempunyai latar belakang pekerja atau usaha yang jelas, jangan menjadi alatnya orang yang punya uang untuk masuk memimpin Toraja Utara. “Artinya begini, dia hanya punya keinginan, kemampuan, tapi dia sendiri tidak punya uang untuk maju berjuang, bagaimana dalam politik ini ada yang disebut dengan cost politik,” tukasnya.
Keempat, harus betul-betul menguasai kepemimpinan tata laksana organisasi pemerintahan, belajar benar bagaimana memimpin sebuah kabupaten. “Seperti Toraja Utara ini ada pendatang, ada orang-orang urban, ada suku-suku lain, ada beragama lain. Potensi dan dinamika ini pun harus dikuasai untuk bisa merangkul semua elemen ini menjadi sahabat bukan lawan,” kata Esther.
Kelima, tidak cacat administrasi secara persyaratan. “Kalau sarjana ya pakai ijazah benar, kalau tidak sarjana, ya pakai yang ada aja,” cetusnya.
Esther juga menilai perempuan-perempuan Toraja punya banyak kelebihan yang butuh peningkatan pengembangan diri dan pengetahuan politik. “Wadah perempuan itu harus dibuka dan diberdayakan lewat pelatihan-pelatihan khusus pengembangan diri dan pengetahuan politik, cara berbicara dan people skill, cara menyampaikan visi-misi kepada masyarakat, cara berdandan beretika sebagai seorang politisi,” terangnya.
Esther juga mengajak para putra daerah yang mempunyai lahan besar yang menjadi lahan tidur, bisa kerjasama dengan pemerintah untuk menjadikan lahan itu menjadi lahan produktif. Misalnya tanah itu dijadikan tempat kegiatan atau penampungan lokalisasi kegiatan yang bisa melibatkan semua elemen pemuda, remaja, anak, perempuan bahkan mungkin dunia seni atau pengrajin,” sebutnya.
Perempuan Toraja mempunyai bakat dan kemampuan, tambah Esther, mereka tidak saja sibuk di gereja atau di organisasi serta harus memiliki eksistensi kemandirian yang benar-benar muncul karena bakat.
Laporan : Arie Kasih